Oleh:
Ziyad At-Tamimi, M.H.I
Belum selesai persoalan ummat Islam di Palestina sejak 1948 yang silam hingga sekarang, muncul persoalan Iraq, Tunisia, Mesir, Libia, Yaman, Qathar dan sekarang Syria/ Suria. Para jurnalis timur tengah mengistilahkan kejadian dua tahun lalu hingga sekarang sebagai gerakan reformasi di Negara-negara arab. Demikianlah dunia Islam bergejolak dan tergoncang, dari mulai Atlantik di bagian utara afrika hingga ke Yaman paling selatannya negara arab atau disebut dengan istilah mereka “minal muhiith ilal khaliij”.
Para penguasa tersebut satu demi satu tumbang, meski setiap orang dari mereka berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak korban jiwa karena peristiwa itu? Seolah menggambarkan nyawa manusia tidak ada harganya! Apalagi orang-orang Islam, yang dalam riwayat dinyatakan bahwa nyawa seorang muslim itu lebih mulya dari ka’bah. Selain itu berapa banyak harta yang musnah atau lenyap? dan lain sebagainya.
Dari kejadian-kejadian itu, tidakkah kita mengambil pelajaran? Ataukah kita tergolong orang-orang yang tidak peduli dengan hal itu semua? Allah Ta’ala berfirman:
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka” (QS, Muhammad:10).
Syria, adalah diantara Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam Sunni. Dahulu ia merupakan jantung wilayah Syam, yang saat ini terkotak menjadi empat Negara yaitu Syria, Yordania, Libanon dan Palestina sebagai dampak dari imprealisme barat di masa lalu. Negri Syam pada umumnya diberkahi oleh Allah Azza wa Jalla, terbukti banyak dari kalangan para Nabi ‘Alaihimussalaam yang lahir dan tinggal di sana. Tanahnya yang subur dengan berbagai hasil buminya terutama zaitun hingga sekarang terasa. Termasuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, telah diperjalankan oleh Allah ke sana (baitul maqdis) sebelum menuju sidratul muntaha; sebagaimana dalam kisah isra’ mi’raj yang masyhur. Dalam salah satu ayat dinyatakan yang maknanya “…..yang kami berkahi di sekelilingnya…” (QS, Al-Isra’: 1).
Para mufassirin menyatakan tentang negri Syam pada umumnya dan mengenai kota Al-Quds di Palestina khususnya bahwa Allah menjadikan di sekelilinganya barakah bagi penduduknya dalam kehidupan, perbekalan, pertanian dan cocok tanam1. Di sekelilingnya banyak pohon dan sungai serta kesuburan tanah yang terus menerus2.
Sementara dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyatakan: “Ya Allah berkahilah kami yang ada di kota Madinah, berkahilah dalam takaran kami (sha’ dan mud), berkahilah Yaman dan Syam kami. Kemudian beliau menghadap kea rah matahari lalu bersabda: dari sini muncul tanduk setan, dari sini terdapat goncangan dan fitnah. (HR. Ahmad dan Al-Bukhari) ”3
Bahkan hingga akhir zaman pun terdapat nash berupa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menyatakan bahwa Nabi Isa Alaihissalam akan Allah turunkan pada akhir zaman di manaar al-baidha’ di Damaskus dan manusia dibangkitkan dan dikumpulkan di bumi Syam4. Juga bagaimana kaum Yahudi tidak dapat lari atau bersembunyi di balik batu maupun pohon melainkan pohon itu akan mengatakan: wahai muslim, kemarilah! di belakangku terdapat orang yahudi, maka bunuhlah! kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon yahudi (HR. Muslim). Karena itulah saat ini kaum yahudi di Palestina, mereka ramai-ramai menanam pohon tersebut. inilah bukti ketakutan mereka terhadap berita dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Berikutnya, sejarah telah mencatat bagaimana Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus banyak berbuat untuk kemajuan dan tersebarnya agama Islam di dunia melalui kekuasaannya. Sementara dari sisi lain para ulama yang menonjol telah menggoreskan penanya diatas kertas hingga mewariskan bagi generasi setelahnya kekayaan ilmu dan pengetahuan agama yang luar bisa bahkan kita rasakan ilmu tersebut hingga sekarang. Seperti Ibnu Taimiyah dan kedua muridnya: Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dan Ibnu Katsir Rahimahumullah. Dari sisi tehnik bangunan yang ada pada saat itu bisa di baca pada makalah penulis terdahulu.
Namun yang harus menjadi catatan kita adalah apa yang diucapkan oleh Salman Al-Farisi tatkala Abu Darda’ menulis surat padanya:”Kemarilah agar kita tinggal di bumi yang suci” maka Salman menulis jawaban untuknya: “Sesungguhnya suatu negri itu tidak dapat mensucikan seorang pun (penduduknya), demikianlah yang dapat mensucikan manusia itu hanya amalnya” (Muwattha’ Malik 2/ 235)5.
Demikian pula Ibnu Khaldun di abad ke 7 atau 8 hijriyah sebagai seorang pengembara telah mencatat bagaimana hasil perjalanannya yang dituangkan dalam kitab muqaddimahnya bahwa beliau tidak menemui penduduk suatu negri yang lebih buruk kata-katanya daripada penduduk Makkah. Menurut kasat mata biasa, bagaimana hal ini terjadi padahal mereka berada di sekitar ka’bah. Sampai sekarang hal ini bisa dirasakan oleh mereka yang pernah menunaikan ibadah haji saat berkunjung ke sana. Wallahu Al-Musta’aan!
Bermula dari bulan Maret 2011 yang lalu hingga saat ini, siapa yang tidak terenyuh hatinya ketika mendengar tentang kabar Syiria, dan apa yang menimpa kaum muslimin sunni di sana. Mereka dibantai, dan yang membantai dari kalangan mereka sendiri. Kaum sunni yang tadinya merupakan mayoritas penduduk negri itu di siksa dan dianiaya disebabkan karena aqidah yang pertama sebelum karena sebab politik. Kaum Syi’ah yang merupakan minoritas penduduk negri itu mendapat dukungan dari Iran. Hanya saja kalangan Nushairiyah yang ada di sana menjadi kuat karena presidennya mendukung mereka.
Para Ulama menjelaskan tentang sekte Nushairiyah bahwasanya mereka itu kafir, merupakan sempalan dari sekte rawafidh syi’ah yang paling arogan dan kebenciannya terhadap kaum muslimin luar biasa. Mereka juga disebut dari golongan alawiyyah, yang memiliki kepentingan untuk melebarkan sayap dengan menguasai Syria; karena letaknya yang strategis. hingga ada yang mengatakan: kalau Syria dapat dikuasai maka berarti mereka telah membangun kekuatan dalam wilayah yang bersambung yaitu Iraq, Iran, Libanon, dan Syria. Dengan demikian kekuatannya semakin besar dan kuat untuk memperlebar sayap kekuasaan.
Mengenai sebab dikuasai Syira oleh kaum Nushairiyah karena ahlussunnah di sana tidak peduli/ acuh terhadap urusan ini, mereka beselisih diantara sesamanya dan musuh mengambil manfaat dari keadaan ini. Padahal ahlussunnah di Syria mereka berjumlah 86 % dari penduduk, sementara yang lain 6% dari kaum Nashara dll. Telah tercatat bahwa pada tahun 1982 di Syria juga terjadi pembantaian sebanyak 45.000 orang di masa pemerintahan ayahanda presiden mereka sekarang Hafidh Al-Asad. Tadinya penduduk Syria berharap anaknya akan menjadi pemimpin yang bijak dan arif tidak sebagaimana ayahnya, namun sebagaimana pepatah kita mengatakan ”Buah tidak jauh dari pohonnya” sementara pepatah Arab mengatakan: ma fil aabaa’ fil abnaa’ “Apa yang dimiliki orang tua berupa watak, akan menurun pada anaknya”. Bassyar sebagai presiden sekarang ini tidak hanya menelan korban jiwa yang selama ini terjadi untuk mempertahankan kekuasaannya, namun bangunan-bangunan juga menjadi hancur bahkan masjid-masjid pun tak terhindarkan menjadi sasaran mereka. Mushhaf Al-Qur’an yang suci pun mereka nodai dengan merobek atau mengotorinya serta mencampakkannya di tempat sampah atau tempat najis lainnya. Demikianlah yang tampak mereka rusak, sementara keyakinan aqidah yang ada dalam bathin juga tidak luput dari pengrusakan dan penghancuran dengan memaksa setiap orang untuk sujud ke foto presiden mereka dan mengakui kekuasaannya.
Hampir semua Negara mengutuk presiden Syria, bahkan Liga Arab telah memecat Syria dari keanggotaannya. Demikian halnya PBB, hanya Cina dan Rusia yang menolak hadir dalam sidang PBB yang membahas tentang Syiria. Bahkan Rusia lah yang memasok persenjataan ke sana ditambah dengan Iran. Selain itu pertimbangannya bila diadakan serangan ke Syria lewat udara dengan diberlakukan pembatasan zona terbang, akan semakin memperbanyak korban, selain kekuatan udara pasukan Syria 5 kali lebih kuat dari Lybia.
Korban terus berjatuhan, rakyat menjadi korban. tidak terasa sudah setahun mereka bertikai namun tak kunjung usai. Akhirnya diantara rakyat ada yang mengalah dengan mengungsi ke Negara tetangga. Namun pemerintah seolah tak mau kehilangan rakyat, karenanya mereka memasang ranjau darat di perbatasan Libanon dan Turki. Padahal ranjau tersebut dilarang untuk digunakan oleh hukum Internasianal.
Kini rakyat Syria terkotak-kotak, sebagian besar mereka bertahan di negaranya sambil menunggu nasib. Ada pula diantara mereka yang hijrah ke negara terdekat, demi mencari keselamatan aqidah, jiwa dan raga. Sebagai bentuk mengamalkan firman Allah Ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kalian ini?”. mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di dalam negeri”. para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), Mereka itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS, An-Nisa’: 97-100).
Di Negara-negara Arab secara umum pemerintahnya menganjurkan para imam di masjid-masjid untuk mendoakan saudara mereka di Syria melalui qunut nazilah yang dipanjatkan setiap shalat yaitu lima kali sehari. Bagaimana dengan kita?? Mestinya paling sedikit kita memohonkan doa untuk mereka dikarenakan keterbatasan kita dari banyak sisi. Wallahu A’lam Bisshowab.
1 Tafsir Al-Thabari jilid ke-15-16 hlm.22
2 Tafsir Al-Sa’di jilid ke-4 hlm. 259.
3 Silsilah As-Shahihah oleh: M. Nashiruddin Al-Albani jilid ke-5 hlm. 655.
4 Al-Irsyaad ila Shahiih Al-I’tiqaad oleh: Dr. Shalih Al-Fauzan hlm.245
5 Silsilah As-Shahihah oleh: M. Nashiruddin Al-Albani jilid ke-6 bagian kedua hlm. 850
Bibliografi:
Al-Thabari, Muhammad ibn Jarir Tafsir Al-Thabari cet.1421H./ 2001 M. Daar Ihyaa’ Al-Turats Al-Arabi, Beirut-Libanon.
Al-Fauzan, Shalih Al-Irsyaad ila Shahooh Al-I’tiqaad cet. 1424 H. Muassasah Fuad Bi’ainu Beirut-Libanon.
Al-Sa’di, Abbdurrahman Taisiir Al-Kariim Al-Rahman cet.ke-2 1412 H./ 1992 M ‘Unaizah KSA.
Al-Albani, M. Nashiruddin Silsilah As-Shahihah cet. 1 1417 H./ 1996 M. jilid ke-6 bagian kedua Maktabah Al-Ma’arif Riyadh-KSA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar