''Aku tidak habis pikir kalo merenungkan salah satu nyanyian : ‘yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin”
“Apa yang kamu pikir dari nyanyian itu ?”
"keadilan TUHAN pada makhluknya"
“Maksudmu ?”
“Kita menemukan kenyataan dalam hidup ini bahwa orang-orang yang kaya tidak selamanya baik dan orang yang miskin tidak semuanya jahat. Bahkan banyak orang yang ingin berbuat baik justru terhalangi dengan kemiskinannya sebaliknya orang yang melakukan kejahatan difasilitasi dengan harta mereka yang melimpah dan uang mereka banyak. Terkadang aku berpikir dimana letak keadilan Tuhan dalam hal ini”
“Oh….begitu, kira-kira menurut kamu bagaimana ?”
“Kemaren aku baca artikel tentang keadilan Tuhan. Disitu dipaparkan beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh yang bisa aku simpulkan bahwa kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang saling berkaitan. Kesempurnaan yang satu tidak akan tercapai tanpa adanya yang satu lagi. Bahkan untuk mencapai kebaikan tertentu perlu melalui satu keburukan yang dilakukan dalam pandangan manusia. Sebagai contoh orang yang kakinya luka kemudian membusuk karena penyakit atau peluru mortir perlu dipotong bagian kaki yang membusuk itu agar tidak menjalar. Dengan memotong akan memberikan dampak buruk pada pasien karena dia tidak lagi bisa berjalan dengan sempurna tetapi kalau tidak dipotong akan membahayakan jiwa si penderita. Nah…untuk mendapatkan kebaikan itu perlu dilakukan satu keburukan pula. Kalo menurutmu bagaimana ?”
Keadilan Tuhan dan Rahasia Angka 1,618 (Fibonacci)
“Yap…. itu betul, itu satu pendapat dan aku juga punya”
“Gimana tuh…jelasin dong ?”
“ Kalo menurut aku kebaikan dan keburukan diatas bumi ini adalah dua sifat yang mencerminkan keadilan Tuhan. Adanya kebaikan dan keburukan menunjukkan kesempurnaan Tuhan dalam ciptaanNya seperti angka Fibonacci; angka 1,618; angka rasio emas”.
“Angka apa itu ?”
“Itu adalah angka kesempurnaan dan keseimbangan dalam misteri ciptaan Tuhan. Menurut para ilmuan matematika ‘phi konstan’ angka unggulan matematika adalah angka 1,618. Sang pencipta selalu menggunakan angka yang sama persis dalam berbagai peristiwa di alam semesta….;di dalam denyutan jantung, aspek rasio spiral DNA kemudian disain khusus alam semesta yang disebut ‘dodecehadron’ , juga didalam aturan susunan daun tanaman yang disebut ‘phylotaxy’, dalam bentuk serpihan kristal salju, dalam struktur spiral berbagai galaksi Sang Pencipta telah menggunakan angka yang sama, angka ‘rasio emas’ : angka 1,618. Ahli astronomi terkenal; Keppler; mendefinisikan nomor ini sebagai ‘perbendaharaan berharga’.
“Wah…menarilk sekali pembahasan kamu, teruskan dong !”
“Ahli aesthetician ; Dr. Steven Markout membuktikan sebagai hasil dari penelitian panjangnya selama 25 tahun bahwa wajah dan tubuh manusia diciptakan berdasarkan rasio ini untuk diterima sebagai keindahan bagi setiap manusia di dunia. Jika rasio aspek dari bentuk apapun adalah angka 1,618 maka bentuk itu sesuai dengan ‘rasio emas’….maka ciptaan tuhan adalah disain yang sempurna!!”
“Wah..wah…wah….terus ?”
“Sebagaimana diketahui bahwa titik angka 1,618 bukanlah titik dengan perbandingan yang sama. Sebagai contoh : pada tubuh manusia sempurna keseimbangan tangannya terletak pada siku yang berada diantara lengan atas dan lengan bawah. Jika dibagi antara panjang lengan bawah dan lengan atas akan ditemkan angka 1,618. Begitu juga dengan tubuh bagian atas dan bawah, pusar sebagai sentralnya. Jarak antara bibir bagian atas dan hidung jika diukur dari dagu. Jarak antara bibir bawah ke dagu dibanding dengan jarak antara bibir atas ke batas awal lobang hidung. Juga perbandingan antara jarak dagu ke hidung dibanding jarak hidung ke kening bagian atas pada permukaan batok kepala bagian atas. Juga perbandingan antara lebar wajah dan panjang wajah, panjang mulut dan jarak dari mata sebelah kanan ke mata sebelah kiri. Ini semua menunjukkan angka rasio emas ; angka 1,618, disain yang sempurna”.
Penjelasan Keadilan Tuhan
“Ck..ck…ck..luar biasa, aku baru tahu kalau penciptaan manusia sesempurna itu”
“Nah…dalam kesempurnaan penciptaan Tuhan disitulah terdapat keadilanNya”
“Maksudmu ?”
“Coba kamu lihat perbandingan-perbandingan yang menunjukkan kesempurnaan itu tidaklah berbanding sama. Panjang lengan atas dan bawah tidak sama tetapi didalam ketidaksamaan itu disitulah letak kesempurnaannya. Jika kesempurnaan ciptaan Tuhan berbanding lurus dengan keadilanNya maka rumus keadilan dalam ilmu Tuhan sama dengan rumus dalam ciptaanNya, disain yang sempurna; angka rasio emas ;angka 1,618 !! bisa kamu pahami …??”
“Hm…ya..ya..ya….jadi keadilan Tuhan itu tidak harus berbanding sama maksudnya ?”
“Tepat sekali.. !! Konsep adil menurut ilmu Tuhan tidak seperti konsep adil dalam akal manusia. Kalau menurut akal kita adil itu dibagi rata 50:50, fifty-fifty istilahnya. Semua dibagi sama itu baru namanya adil, gitu kan ? Artinya segala sesuatu harus pada tempatnya. Yang baik seharusnya sukses , jalannya mulus ,lancar berhasil harusnya begitu karena dia baik. Sebaliknya yang buruk harusnya susah, tidak berkembang, dipersulit oleh Tuhan dan dimusnahkan karena itu buruk, begitu…… Tapi kenyataannya ?”
“Terus gimana donk…? Jadi bingung nich…….”
“Bingung tho kamu…..? Simak nieh…akal kita tidak akan sampai jika kita memikirkan dimana keadilan Tuhan dan bagaimana cara Tuhan berlaku adil sebab akal kita terbatas oleh ruang dan waktu. Sedangkan Tuhan menciptakan alam ini beserta kejadian didalamnya sudah dirancang olehNya sebelum Dia menciptakannya hingga akhirnya nanti. Artinya semua kejadian di alam semesta ini saling bertautan antara satu dengan lainnya dan tidak berdiri sendiri. Sebab dan akibat adalah ciptaan Tuhan, segala sesuatu yang terjadi tidaklah terjadi sia-sia atau secara kebetulan saja. Semua itu ciptaan Tuhan yang sempurna yang ada pada ciptaan itu ilmuNya, kehendakNya dan keputusanNya. Banyak hikmah, pelajaran dan manfaat yang disampaikan Tuhan lewat kesempurnaan ciptaanNya itu. Jika kita meyakini bahwa ciptaan Tuhan sempurna maka sempurnalah keadilaanNya, berarti tidak ada yang tidak adil dalam ciptaanNya, pembagianNya dan keputusanNya, hanya akal kita yang belum mampu untuk menangkap sinyal kesempurnaan dan keadilan itu . Akal kita hanya mampu menangkap sepotong-sepotong dari satu kejadian oleh karena itu kesimpulan yang diambil juga sepotong-sepotong. Sedangkan ciptaan Tuhan yang universal saling bertautan dari waktu ke waktu hingga akhir dari alam ini. Bukankah kita sadari bahwa sejarah itu berulang ? Yang berbeda dalam pengulangannya hanyalah waktu, tempat, budaya dan manusia yang terlibat didalamnya sedangkan substansi dari kejadian itu sama sesuai dengan judul yang sudah ditulis oleh Sutradara Terbaik Tiada Tanding ; Tuhan Yang Maha Kuasa”
Menerima Keadilan Tuhan
‘Weleh…weleh…weleh…… Jadi apa yang harus kita lakukan untuk bisa menerima keadilan Tuhan ?”
“Pertama, kita mengetahui dulu bahwa keadilan Tuhan itu berbanding lurus dengan ciptaanNya. Jika ciptaanNya sempurna maka keadilan didalam ciptaan itu juga sempurna. Kedua, kita berupaya untuk selalu mengikuti ritme gerakan ciptaan Tuhan dengan cara mengikuti perintahNya dan menjauhi larangaNya sebab Tuhan berkehendak dalam perintah dan laranganNya, artinya semuanya sudah dirancang olehNya, baik dan buruk sebagai efek dari perintah dan larangan itu. Ketiga , kita tidak usah terlalu tersibukkan dengan memikirkan keadilan Tuhan sehingga kita lupa dengan tugas utama yaitu menempatkan diri kita pada angka 1,618; titik rasio emas; titik keadilan Tuhan”
“Bagaimana cara menempatkan diri pada titik keadilan Tuhan yang sempurna itu ?”
“Caranya yaitu dengan menerima segala keputusanNya, berbaik sangka dengan takdirNya dan berharap penuh atas pertolonganNya. Ini semua tidak mudah kita lakukan kecuali dengan ilmu dan keyakinan yang benar bahwa tidak satupun ciptaan Tuhan sia-sia atau tidak sempurna, semuanya perfect ;sempurna. Berarti dengan menempatkan diri kita pada kemauanNya, kita berada pada tempat yang sempurna sebab sesuatu yang akan terjadi pasti berdasarkan pada sempurnanya irodah (kemauan) Sang Maha Pencipta dan Sang Maha Adil dalam ciptaanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar